Tentang Kami

Perkumpulan Skala, adalah lembaga nir laba yang berbentuk perkumpulan, beranggotakan para jurnalis berdiri tahun 2005, bekerja untuk

1. Produksi dan membuat program siaran radio, penulisan artikel, serta mengembangkan dan memanfaatkan media alternatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang issu lingkungan, pendidikan dan sosial. Kami juga memanfaatkan jaringan media untuk mengembangkan issu yang menjadi perhatian kami.

2. Meningkatkan kapasitas para jurnalis terhadap issu-issu yang yang menjadi perhatian kami, kami juga menjalin kerjasama dengan beberapa media internasional (Sidney Broadcasting Service, Deutche Welle, NKH Jepang, dll. Sebagai bagian untuk mengembangkan jaringan

3. Riset, perkumpulan skala juga mengembangkan divisi riset sebagai pendukung dalam proses penulisan dan memproduksi berbagai siaran radio.

Beberapa Program Yg Sudah Dikembangkan

Bekerjasama dengan Adkasi (Asosiasi DPRD Seluruh Indonesia) untuk melatih anggota DPRD merancang anggaran yang peduli dengan rakyat (pro poor budget) memperoleh dukungan dari MDG’s Program

Bekerjasama dengan UNPD untuk program SGPPTF (Small Grant Programe for Promote Tropical Forest) mendesain dan membuat strategi komunikasi serta mendisain social marketing untuk program tersebut

Kerjasama dengan CSF, memproduksi siaran radio tentang perubahan iklim, untuk jaringan radio komunitas di Lampung, Jambi dan Aceh

Melatih Menulis guru-guru di Jakarta dalam rangka meningkatkan kapasitas guru untuk memperoleh sertifikasi.

Kampanye Tentang UU Kehutanan No. 41 kerjasama dengan HuMA,melalui talkshow di beberapa radio di Jakarta dan kunjungan media ke beberapa lokasi pengem bangan

Melatih Remaja, menulis kreatif, dalam rangka meningkatkan kapasitas remaja putri, memperoleh dukungan dari Tupperware Indonesia.

Media Centre di Kampung CSO, pada pertemuan COP 13 di Bali

Minggu, 13 Juli 2008

Meraup untung di pasar dadakan

Meraup Untung, Di Pasar Dadakan
Oleh : Trinirmala & Nugrah A.Tama


Matahari pagi masih malu-malu menampakkan sinarnya, tetapi sebagian badan jalan Ir. H. Juanda, Depok, sudah penuh oleh pedagang dadakan. Mulai ba’da Subuh kesibukan sangat terasa di sepanjang jalan tersebut. Baju, barang rumah tangga, sayur-mayur mulai digelar oleh para pedagang. Tenda-tenda mulai berdiri, tikar plastik digelar, sementara beberapa tukang sayur seperti paham sekali akan lokasinya, mereka berkumpul persis di atas jembatan yang membelah sungai Ciliwung, disanalah mereka menjajakan dagangannya. Sementara beberapa ibu-ibu berpakaian olah raga lengkap, mulai melihat-lihat dan menawar dagangan ikan dan sayur di sekitar jembatan.

Itulah kesibukan di pagi buta Pasar kaget yang lebih akrab disebut pasar Pesona Khayangan (PK). Pasar ini selalu digelar setiap hari Minggu, jangan harap di hari-hari biasa Anda bisa memperoleh barang-barang murah disini. Karena memang, pasar kaget ini hanya ada di hari Minggu.

Pasar yang digelar di sepanjang jalan Juanda, Depok, bermula ketika pedagang yang biasa mangkal di Kampus UI, mengalami penurunan omzet, selain karena jarak yang agak lumayan jauh, pasar kaget UI inipun seringkali mengalami pengusiran oleh para tramtib, “dan lagi kalau di UI konsumennya hanya anak-anak kampus yang kebetulan kos, jadi daya belinya sangat terbatas, berbeda kalau disini banyak ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak segala usia, jelas Ibu Nunik yang kebetulan berjualan soto ayam yang mangkal persis di gerbang komplek perumahan Pesona Khayangan.

Jalan Juanda yang digunakan sebagai pasar kagetan memang pembangunannya, sudah selesai 3 tahun lalu, jalan sepanjang 5 km ini menghubungkan Depok dengan jalan Raya Bogor. Karena relatif masih sepi, sehingga jalan ini cukup aman dijadikan pasar dadakan. Selain itu untuk mencapainya pun sangat mudah Karena lokasi jalan dekat dengan beberapa komplek perumahan, sebut saja harapan baru taman bunga, sukatani permai, cimanggis permai, pesona khayangan, bukit cengkeh, pondok duta, dll.

Walaupun pasar ini kagetan, tetapi barang yang dijajakan sangat beragam, mulai dari sayuran, ikan, pakaian, makanan, kaos-kaos distro, jaket, TV, handphone, sepeda motor, sepatu, peralatan dapur, tanaman hias, dll. Kalau untuk harga, silahkan pilih mau yang harga bandroll kaki lima, atau harga ratusan ribu, mau barang lokal atau barang-barang bermerk buatan luar negeri, semua tersedia di PK.

Bila Anda tertarik membeli berbagai barang disini, jangan segan-segan menawarnya karena harga yang dipasang, sekalipun murah wajib Anda tawar. Misalnya ketika penulis melihat kaos polos di jual Rp 15.000 dua buah, ketika tawar menawar akhirnya saya berhasil membawa kaos 3 buah dengan harga Rp 20.000. Sementara tas-tas cantik model sekarang, hanya dijual seharga Rp 60.000. Begitu juga dengan pakaian, bukan hanya murah, tetapi model dan bahannya pun bukan kelas murahan. Baju-baju yang dijajakan disana, persis sama dengan yang Anda temukan di mal-mal.

Tidak hanya pakaian yang sekelas mal, kursi dan meja antik pun bisa anda temui di pasar PK, kualitasnya tidak kalah dengan yang dijual di sekitar Kemang. Harganya pun relatif murah, satu kursi kayu model stutradara berbahan baku jati hanya di jual Rp 50.000.

Tanaman juga tidak kalah peminatnya, di sepanjang jalan Juanda, lebih dari 10 tukang tanaman yang ikut menggelar dagangannya. Anthurium, violcess, dan tanaman hias yang harganya jutaan pun dapat Anda temui disini.

Kalau kebetulan Anda menyukai barang-barang mewah, tas, sepatu, dompet, ikat pinggang, topi, bermerk seperti Gucci, Louis Vitton, dll Anda bisa juga mendapatkannya di pasar ini. Ada tenda khusus yang cukup besar, hanya saja tempatnya agak disudut, tapi jika Anda memasuki gerbang Pesona Khayangan, kerumunan orang pasti mencuri peratian, karena tenda ini selalu penuh dipadati pengunjung. Ada yang sekedar melihat-lihat mata Anda pasti langsung melihat kerumunan orang yang selalu megunjungi tenda ini, karena di tenda inilah barang-arang mewah dijajakan. Harganya, pasti lebih miring.

Awalnya pasar kaget ini hanya diisi oleh beberapa pedagang makanan, mereka menempati persis di gerbang Pesona Khayangan, jalan Juanda. Konsumen mereka adalah ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak, juga remaja, yang banyak melakukan aktivitas olah raga pada hari Minggu. Nah sambil olah raga inilah kemudian beberapa ibu-ibu mulai menggelar dagangannya.

Jumlah Pedagang mulanya hanya 5 tenda, mereka memanfaatkan lahan di sekitar pintu gerbang Pesona Khayangan. Tetapi beberapa bulan kemudian, pedagang lain mulai mengisi badan jalan, mulai dari pakaian, tas, kaos, sayur, makanan mulai meramaikan pasar kaget ini. Yang berjualan pun beragam, bukan hanya mereka yang sehari-harinya memang berdagang, tetapi sebagian lapak kini juga diisi oleh mereka yang mencoba peruntungannya dengan berdagang berbagai macam pangan, pakaian dan barang-barang lainnya. Seperti Ibu Wahyu pedagang gudeg yogya, mencoba peruntungannya baru 3 bulan lalu, “Lumayan, dari jualan disini saya bisa bawa uang lebih dari Rp 800.000, dulunya saya hanya sendiri, tapi sekarang suami juga ikut bantu, sehari-hari saya kerja di Bank BTN suami pegawai negeri,” jelasnya.

Pasar PK ini memang bisa menyedot para pedagang, karena mereka tidak perlu kuatir dengan tramtib. Buat pedagang haya cukup membayar uang kebersihan Rp 2.000 untuk lapak-lapak yang berjualan di pinggir jalan, sementara pedagang yang menggunakan tenda dikenakan Rp 10.000 untuk kebersihan. Entah siapa yang membuat aturan, yang pasti pedagang dan yang mengutip sama-sama diuntungkan.

PK memang memberikan janji, bagaimana tidak, di tengah harga kios yang melambung tinggi, dan sudah tidak mungkin dijangkau oleh pedagang, pasar dadakan seperti ini sangat membantu perekonomian wong cilik. “Kami nggak mungkin berdagang di kios-kios yang disiapkan pemerintah, harganya saja sudah ratusan juta, disini, sebagian pedagang berasal dari bongkaran pasar Tanah Abang, Jelas Husin. “biar seminggu sekali tapi kami nyaman jualan disini, kalau hari biasa saya jual baju-baju ini di sekitar perkantoran, biasanya di Sudirman atau di sekitar jalan Sabang, aku Pak Husin yang menjajakan celana jeans serta pakaian-pakaian untuk pria,” tambahnya.

Pasar kagetan, ternyata mampu menyedot pengunjung, bukan saja pedagang yang diuntungkan. Pembeli pun merasakan hal yang sama, karena mereka bisa mendapatkan barang murah dengan kualitas yang baik. Sudah selayaknya pemerintah membatasi pembangunan pertokoan yang akhirnya mubazir, dan memberikan peluang dikembangkannya pasar-pasar tradisional yang menjadi penyangga utama masyarakat sektor in formal.